Masih tentang rezeki, sebagai kelanjutan seri sebelumnya, kali ini coba Kita belajar bersama untuk mengenali pintu-pintu keluarnya rezeki dari Allah SWT. Namun sebelum itu, sedikit pengingat bagi Kita semua, tetaplah yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik buat hambanya. Maka tugas utama Kita adalah mengabdi (beribadah) kepada-Nya.
Pemahaman yang demikian ini sangat penting sebelum Kita mengenali pintu-pintu keluarnya rezeki, mengingat satu ayat Qur’an Allah berfirman dalam surat asy-Syura ayat 27 sebagai berikut;
وَلَوْ بَسَطَ اللّٰهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهٖ لَبَغَوْا فِى الْاَرْضِ وَلٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَاۤءُۗ اِنَّهٗ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرٌۢ بَصِيْرٌ
Artinya: “Seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi. Akan tetapi, Dia menurunkan apa yang Dia kehendaki dengan ukuran (tertentu). Sesungguhnya Dia Mahateliti lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya”.
Kita bisa jadi sering membayangkan bahwa dengan rezeki yang melimpah Kita akan Bahagia. Terlebih pemahaman Kita masih cenderung bahwa apa yang disebut dengan rezeki itu berupa harta benda. Maka semakin banyak harta benda Kita, seringnya Kita merasa menjadi orang kaya. Padahal dalam pemaknaan yang lebih dalam, rezeki bukanlah hanya sekedar harta.
Nah kaitannya dengan ayat di atas, sebelum Kita ulas pintu jalan keluarnya rezeki, ada baiknya Kita mawas diri. Jangan-jangan dengan terbukanya pintu-pintu rezeki terlebih seperti pemahaman umum rezeki itu harta benda, maka Kita jadi orang yang melampaui batas dan berakhir jadi orang yang ingkar atau kafir. Na’udzubillah min dzalik.
Inilah yang dijelaskan dalam ayat di atas. Sebenarnya dengan kekuasaan-Nya, Allah sangat mudah memberikan harta pada seluruh manusia. Namun karena kasih sayang Allah pada hamba-habanya yang dicintai agar tetap menjaga cintanya pada sang Khaliq, Allah mencukupkan rezeki sesuai kebutuhannya. Oleh sebab itu, dari sini juga dapat dimengerti bahwa kekayaan seseorang bukan indikator bahwa Allah sayang kepadanya, tetapi kekayaan justru menjadi batu ujian bagi keimanan seseorang.
Contoh bagaimana sikap seseorang terhadap kekayaannya dapat dilihat apakah dia menggunakannya untuk memberi manfaat bagi dirinya dan orang lain. Ini karena keterlibatan hak orang lain pada kekayaannya dan sebagai tanda bersyukur kepada sang pemberi kekayaan bisa dilihat dari sisi yang demikian. Atau bahkan dia menggunakan kekayaan itu hanya untuk kesenangan dirinya dan mengklaim bahwa kekayaannya diperoleh melalui usahanya sendiri, sehingga lupa kepada Allah yang memberi kekayaan.
Perlu disadari bersama bahwa banyaknya rezeki terlebih berbentuk harta benda merupakan salah satu cobaan berat dalam kehidupan dunia ini. Dalam hal ini, Qarun dan Fir’aun menjadi contoh nyata, karena kekayaan dan kejayaannya menyebabkan keduanya sombong kepada Allah.
Dari ayat di atas juga bisa Kita pahami bahwa Allah tidak akan melapangkan rezeki seorang hamba begitu saja. Maksud lainya, semua rezeki tidak akan diberikan seluruhnya dalam satu waktu bersamaan kepada seseorang, karena Allah juga akan menakar rezeki yabg diberikan kepada hamba-Nya agar sesuai dengan tepat kuantitas dan waktunya.
Dengan pemahaman ini, pembagian rezeki pasti akan adil antara satu muslim dengan muslim lainnya. Memandang rezeki dari satu bagian adalah sebuah kekeliruan. Terlebih hingga mengatakan bahwa Allah tidak adil lantaran membuat perbedaan kuantitas harta antara satu orang dengan orang yang lain. Semoga Kita semua dihindarkan dari kekeliruan dalam pemahaman rezeki yang demikian. Dan semoga rezeki yang telah dan akan Kita terima bisa menjadikan diri ini lebih dekat lagi terhadap Allah SWT… amin… ya rabbal alamain….